Selasa, 27 Desember 2011

KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA


Bukan hal yang perlu diragukan lagi jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari keberhasilan pendidikannya. Pendidikan merupakan factor utama dalam memajukan suatu bangsa. Negara maju pastilah mempunyai kualitas pendidikan yang tinggi. Dewasa ini tampaknya kondisi di Indonesia semakin memprihatinkan, terutama kondisi pendidikannya. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Jika kita mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan, sangatlah kompleks. Sehingga sangat memerlukan perhatian dari semua pihak, baik pemerintah kaum akademisi maupun masyarakat pada umumnya.
Mulai dari masalah sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia yang masih sangat minim (terutama di daerah pinggiran), rendahnya anggaran pendidikan, adanya politisasi pendidikan, KKN di lingkungan pendidikan, sampai pada masalah kualitas dan kuantitas dari tenaga pendidikan. Belum lagi dengan masuknya paham kapitalisme di Indonesia yang menjadikan lembaga - lembaga pendidikan maupun non pendidikan sebagai ladang untuk memperkaya diri. Sehingga yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin. Bukan masalah orang itu bodoh atau pintar asalkan ada uang semuanya beres. Orang dihargai bukan lagi karena kepandaiannya tetapi dihargai karena kedudukan dan kekayaannya, sangat memprihatinkan sekali bukan ?
Semua permasalahan tersebut tentunya ada akar penyebabnya, perlu kita pikirkan dan kita tuntaskan secara bersama-sama. Setiap permasalahan pastilah ada jalan keluarnya.
Jika kita kaji masalah diatas memang saling berhubungan satu sama lain. Masalah kualitas tenaga pengajarseperti guru misalnya diakibatkan oleh rendahnya kesejahteraan yang diterima oleh guru.“Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005)”.
Dengan gaji seperti itu seorang guru masih dituntut untuk bisa mencetak generasi penerus yang berkualitas. Yang pada umumnya seorang siswa hanya berorientasi pada nilai bukan pada keterampilan dan perubahan karakter menjadi lebih baik. Tidak peduli besok dewasa berakhlak baik atau buruk yang penting dapat nilai baik dan bisa diterima di sekolah lanjutan yang berkualitas. Dengan apapun caranya termasuk dengan mecontek, jual beli nilai, ataupun yang lainnya. Pendidikan karakter sebetulnya juga sudah di sampaikan pada sebagian mata pelajaran keagamaan di sekolah-sekolah. Namun dirasa masih sangat minim dengan waktu yang hanya dua jam dalam seminggu(sekolah umum) seorang guru keagamaan dituntut bisa mengubah siswa-siswanya berkarakter baik semua, sangat mustahil. Dan rendahnya dana pendidikan disebabkan karena rendahnya anggaran pendidikan , di Indonesia anggaran pendidikan masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, belum lagi jika dari anggaran tersebut dikorupsi baik di tingkat pusat maupun daerah.   Kecilnya anggaran pendidikan pendidikan dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah dan para elite politik di negeri ini untuk memperjuangkan mutu pendidikan di Indonesia. Dan hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa.
Masuknya paham kapitalisme juga ditengarai sebagai factor penyebab dari luar rendahnya pendidikan di Indonesia. Dimana paham ini lebih mementingkan materi dari pada yang lain, mengolah apapun agar bisa di uangkan, dan bersifat individualistic. Lihat saja realita yang terjadi pada lembaga-lembaga negara maupun swasta di negeri ini (termasuk lembaga pendidikan). Misalnya saja pada lembaga pendidikan terdapat pengkelasan berdasarkan pada kualitas ekonomi peserta didik bukan pada kualitas akademik peserta didik, adanya jalur khusus masuk pendidikan baik di tingkat dasar maupun perguruan tinggi, adanya komersialisasi sarana dan prasarana pendidikan, pembelian ijazah pendidikan dan pemalsuan.
Masalah-masalah tersebut perlu kita tuntaskan dengan upaya-upaya yang bijak. Perlu adanya dukungan dari semua pihak baik  pemerintah, akademisi, maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagai warga negara yang baik seharusnya kita memperhatian kondisi pendidikan di negeri ini. Pendidikan akan membawa kemajuan suatu bangsa dan negara. Sudah sepatutnya kita melakukan berbagai upaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Upaya-upaya tersebut dapat kita lakukan mulai dari hal-hal yang kecil seperti belajar dengan baik dan benar, tidak mencontek di waktu ujian, menghormati guru dan orang tua, menghormati ilmu, dan tentunya senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Kita juga sebagai calon pendidik juga harus memenuhi berbagai kualifikasi sebagai guru yang professional.


(Muhammad nur fadhli , 27 Desember 2011)

Sabtu, 07 Mei 2011

Peran Pendidikan Islam dalam Mewujudkan kedamaian Umat Beragama


Peran Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Kedamaian Umat Beragama
Pendidikan Pesantren berperan penting terhadap kedamaian antar umat beragama. Pendidikan pesantren dapat dijadikan untuk menangkal semua masalah-masalah umat beragama yang terjadi belakangan ini,  seperti masalah kerusuhan di Temanggung, Jabar, terorisme di mana-mana, dan masalah cuci otak NII. Menurut Guru Besar dari Arizona University Mark Word Ward masalah cuci otak NII dan garis keras yang lain sasarannya adalah masyarakat yang belum mempunyai Pendidikan Agama yang luas. Hal ini karena dotkrin berupa pengertian agama yang bersifat eclusif dan dalil yang digunakan masih sangat sederhana dan keliru. Menurutnya, vaksin dari semua masalah cuci otak tersebut adalah pendidikan pesantren. Di pesantren masyarakat dapat memahami islam secara kaffah (menyeluruh), luas, dan mendalam. Tetapi dalam memilih Pendidikan Pesantren masyarakat harus selektif karena banyak juga masalah cuci otak dan yang lainnya juga tumbuh subur di pesantren, bahkan masalah terorisme juga ada yang berlatar belakang Pondok Pesantren.
Pendidikan Islam juga tidak hanya didapat dari Pendidikan Pesantren tetapi juga di dapat dari sekolah2 umum melalui Pendidikan Agama dan Karakter. Selain itu rekonstruksi agama berbasis toleransi juga perlu dilakukan. Kenapa ? Indonesia adalah Negara majemuk dengan bermacam-macam agama, suku, ras, etnis, dll. Sikap saling menghargai, menghormati, dan menghargai antar agama, suku, ras, etnis, dll sangat penting dalam mewujudkan perdamaian.
Menurut Zuhairi Musari, peran pendidikan keagamaan dalam mewujudkan kedamaian umat beragama adalah :
1. rekonstruksi sejarah keagamaan yang dapat menginspirasi toleransi
2. rekonstruksi tafsir keagamaan yang toleran sebagai anti tessa terhadap tafsir_tafsir keagamaan
3. rekonstruksi sikap keagamaan yang membangun harmoni dan gotong royong ditengah kebhinekaan
4. rekonstruksi paham keagamaan yang mengedepankan dimensi kemanusiaan 
Sumber : seminar nasional pendidikan dengan tema “peran pendidikan agama dalam mewujudka kedamaian umat beragama” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta BEM f Trbiyah dan Keguruan. Pembicara :
-Mark Word Ward, guru besar arizona university
-Prof Dr Munir Mulkan, dosen fakultas tarbiyah
-Zuhairi Musari, intelektual muslim  




Kamis, 05 Mei 2011

ARTI LAMBANG


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiric1FQvC_p-yb5kqCoEQ2ldnnY_b8p6ZDCjKQWMVb40aZiepsMGuPHhwGsDP4VYZLONpCXh622wBm1vEHX8f1_GLw3uc8IeDNtSDJSMKaE8p8GUXhyuS_GyYvgMo9fhhOR7-Dx9SyHf0/s400/cs+copy.pngberikut ini adalah arti dan makna logo Institut Seni bela Diri Silat "Cipta Sejati. karena memiliki kandungan makna maka diminta kepada teman-teman untuk tidak merubah logo yang syah ini, kalau pun ada midifikasi mohon kiranya tidak meninggalkan ketentuan2 yang ditetapkan pada lambang/logo ini

Arti LAMBANG
•BINTANG LIMA melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
•RANTAI melambangkan persaudaraan
•CAKRA melambangkan senjata bela diri
•SEGI LIMA melambangkan Pancasila
•TANGAN melambangkan kesungguhan hati dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
•SABUK MERAH PUTIH melambangkan Nasionalisme
•LINGKARAN melambangkan suatu wadah dalam hal ini adalah Institutt Seni Bela Diri Silat “CIPTA SEJATI”

Arti WARNA
•BIRU melambangkan perdamaian
•KUNING melambangkan cita-cita
•PUTIH melambangkan Kesucian
•MERAH melambangkan Keberanian
•HITAM melambangkan Kejujuran
•UNGU melambangkan Cinta Kasih

Makna Lambang Dan Warna Logo Secara Keseluruan :
Dengan rahmad Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh cita-cita suci yang luhur serta kejujuran, kita harus berani membela kebenaran demi mewujudkan perdamaian yang dilandasi persatuan, persaudaraan dan semangat nasionalisme serta sanggup menggembangkan kemampuan yang dimiliki dimana kemampuan itu berasal dari jiwa dan semangat yang bersumber dari dalam / sriritual.

BAIK BURUK


BAIK DAN BURUK
MAKALAH INI DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AKHLAK

logo

NAMA : MUHAMMAD NUR FADHLI
NIM : 10410088
1 – PAI – 5
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2011






KATA PENGANTAR


Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah BAIK DAN BURUK  dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.


Yogyakarta, 5 Februari 2011
                                                                                                               Penyusun


Muhammad Nur Fadhli



BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolok ukuran yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan agama, kepercayaan, cara berpikir, ideology, lingkungan hidup, dll. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan relatif.
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan rumusan masalah sehingga kita dapat  menilai sesuatu itu baik atau buruk dengan suatu indikator yang pasti. Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana ukuran menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian baik dan buruk ?
2. Apakah ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak?
3. Apa sajakah aliran baik dan buruk?
C.Tujuan Penulisan
1.Memenuhi tugas mata kuliah akhlak
2.Menjawab rumusan masalah
3.Salah satu sarana menambah wawasan bagi mahasiswa
D.Metode Penulisan
Menggunakan metode kepustakaan dengan cara mengkaji buku-buku yang relevan.
BAB 2 PEMBAHASAN
A,Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that which is morally right or acceptable sedangkan kebalikan Kata baik adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris . Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik  menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.
B.Ukuran Baik dan Buruk
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

2. Rasio

Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.

3. Adat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.
4. Pandangan Individu

Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.

5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.
C.Aliran-Aliran tentang Baik dan Buruk
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia.
Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya :
1.      Aliran Hedonisme

Dalam filsafat Yunani Kuno ditemukan bahwa Hedonisme sudah muncul sekitar 433-355SM oleh Aristippos dari Kyrene, salah seorang murid Socrates. Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan adapula yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan .

Ada golongan dan filsuf yang menyuarakan tentang aliran ini, diantaranya adalah:

a. Epicurus
Adalah seorang pemimpin sekolah filsafat di Athena. Sebagai seorang Aristopus ia memiliki pandangan yang luas tentang baik dan buruk.
Berpendapat bahwa kebahagiaan, kelezatan ialah tujuan manusia, tidak ada kekuatan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Kelezatan akal dan rohani itu lebih penting dari kelezatan badan. Epicurus pun berpendapat bahwa sebaik-baik kelezatan yang dikehendaki ialah kelezatan “ketenteraman akal”.

b. Golongan Epicurus
Berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak diukur dengan kelezatan dan kepedihan yang terbatas waktunya saja, tetapi wajib bagi tiap-tiap manusia melihat ke semua hidupnya.
Epicurus menyebutkan 3 macam kelezatan :
1. Kelezatan yang wajar dan diperlukan contoh makanan, minuman
2. Kelezatan yang wajar tetapi belum diperlukan sekali. Misal kelezatan makan yang enak lebih dari pada yang biasa
3. Kelezatan yang tidak wajar dan tidak diperlukan. Misal kemegahan harta benda.
Aliran hedonisme dibagi 2 :
1. Egoistic Hedonisme
Dinyatakan bahwa ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena dalam aliran ini mengharuskan kepada pengikutnya agar menyerahkan segala perbuatan untuk menghasilkan kelezatan yang sebesar-besarnya.
2. Universalistic Hedonisme atau Utilitarianisme
Menyatakan bahwa aliran ini mengharuskan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia dan bahkan pada sekalian makhluk yang berperasaan.

2.       Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )

Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Di dalam masyarakat kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang buruk.
Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya. Keberadaan paham adat istiadat ini menunjukkan eksistensi dan pesan moral dalam masyarakat.


3.       Intuitionisme ( Humanisme )

Paham intuition melihat bahwa sesuatu dianggap baik atau buruk bukan karena akibat yang ditimbulkannya, melainkan dari keberadaan sesuatu itu sendiri. Jujur, adil, berani, dianggap baik dan kebalikannya dianggap buruk, bukan karena akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu tersebut, melainkan karena memang sifat jujur, adil dan berani itu secara dhatiyyah baik.
Paham ini memiliki pendirian bahwa setiap manusia memiliki kekuatan batin untuk membedakan antara baik dan buruk, misalnya ketika seseorang mendengarkan suara musik, secara otomatis, tanpa berfikir panjang, ia dapat menilai bahwa suara musik tersebut baik atau jelek. Kekuatan tersebut disebut intuisi (laqanat). Oleh karena itu, paham ini disebut intuition (laqanat) perbedaan yang menonjol antara aliran intuition dan hedonisme terletak pada:
a. Sesuatu yang baik akan tetap baik dan tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Tidak bergantung pada tujuan yang akan dicapai, juga tidak bergantung pada akibat yang dihasilkan.
b. Sesuatu yang baik itu sesuatu yang pasti tidak membutuhkan alasan mengapa dianggap baik dan mengapa dianggap buruk.
c. Sesuatu yang tidak menerima keraguan, adalah mustahil sesuatu yang berlawanan, baik dan buruk, suatu ketika dianggap baik dan suatu ketika dianggap buruk.
Setiap orang memiliki suara hati yang dapat mengarahkannya untuk berbuat baik dan melaksanakan kewajibannya. Kelompok yang masuk dalam aliran intuition ini antara lain, kelompok filosof kuno yang dikenal dengan sebutan kaum Sofis. Mereka adalah pengikut Zeno seorang filosof Yunani 342-270SM. Mereka tidak menjadikan kenikmatan dan kekayaan sebagai keinginan terbesarnya, yang menjadi keinginan terbesarnya adalah hidup sebagai seorang yang bijaksana dalam kondisi apapun, susah maupun senang, fakir maupun kaya.

4.       Vitalisme

Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tirani. Perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang yang bodoh dan lemah selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.

5.       Religiosme

Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan buruk yang digunakannya.
Diketahui bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing – masing. Agama Hindu, Budha, Yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masing – masing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.

6.       Evolusi

Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya. Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan bernama “LAMARK”. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.

7.      Aliran Tradisional


Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya.
Harus diakui, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran, hanya secara ilmiah kurang memuaskan, karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah bermacam-macam perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja, bahkan perbedaan antar suku. Adapun sumber daripada adat kebiasaan antara lain :

1. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyangnya
2. Perbuatan / peristiwa secara kebetulan, meskipun tidak berdasarkan kepada akal.
3. Anggapan baik dari nenek moyangnya terhadap sesuatu perbuatan yang akhirnya diwariskan secara turun temurun.
4. Perbuatan orang-orang terdahulu



8.      Baik Buruk Aliran Naturalisme

Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature setiap sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.

9.       Baik Buruk Aliran Theologis

Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan/dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologis saja nampaknya masih sama karena di dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab suci sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan etika, theologis ini dengan jelas kepada agama, misal etika theologies menurut Kristen, etika theologies menurut Yahudi dan Theologis menurut Islam.

10.  Aliran Idealisme

Aliran ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seorang berkebangsaan Jerman. Menurut aliran ini kemauan merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu kemauan yang baik menjadi dasar pokok dalam etika Idealisme.

11.   Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam

Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Qur’an dan Al Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang mengacu pada yang buruk. Misal Al hasanah dikemukakan oleh Al – Eqghib al Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Lawan dari al hasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah misal keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang artinya: Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas/memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Segala tindakan manusia dapat bernilai baik maupun buruk. Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan oleh perbedaan tolok ukur yang digunakan untuk menilai suatu perbuatan atau tindakan. Terdapat banyak aliran tentang baik dan buruk, masing-masing aliran berbeda dalam melakukan penilaian suatu perbuatan / tindakan.
Aliran-aliran tersebut antara lain aliran hedonisme, adat istiadat, utilitarianisme, intuition, vitalisme, religionisme, evolusi, tradisional, naturalisme, idealisme, dan theologies.
Sedangkan menurut ajaran islam perbuatan atau tindakan disebut baik apabila sesuai dengan Al-Quran dan Sunnahnya. Dan apabila bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnahnya sesuatu akan bernilai buruk.


Daftar Pustaka
Nata, Abiddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia
Shaltat, Mahmud. 1994. Aqidah Dan Syari’at Islam. Jakarta : Bumi Aksara                               Drs. Zahruddin AR, M. M. Si. Dan Hasanuddin sinaga, S.Ag., M. A.2004. Pengantar Studi Akhlak .Jakarta:PT Grafindo Persada                                                                                           Zain Yusuf,Muhammad. 1993.Akhlak Tasawuf. Semarang: AL-HUSNA