Kamis, 05 Mei 2011

KONDISI SOSIAL MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM



KONDISI SOSIAL MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM
MAKALAH INI DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

logo
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD NUR FADHLI (10410088)
MOHAMMAD MIZAN (06410148)
PAI-C
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2011


KATA PENGANTAR


Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah KONDISI SOSIAL MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM  dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.


Yogyakarta, 5 April 2011
                                                                                                               Penyusun








BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Negeri Arab menjadi tempat lahirnya Islam dan sebagai tempat berdirinya Negara Islam, sudah seharusnya kita dapat mengetahui bagaimana kondisi sosial masyarakat yang ada di Arab. Baik setelah Nabi Muhammad lahir maupun ketika masa sebelum islam atau pra-islam. Masa pra-islam di Arab lebih dikenal dengan nama zaman jahiliyah atau zaman kebodohan, dimana pada masa itu masyarakat Arab banyak melakukan perbuatan-perbuatan  terkutuk. Namun bukan berarti bangsa Arab tidak memiliki tradisi terpuji, masyarakat Arab sangat menghormati tamu dan bersifat pemberani. Mereka sudah biasa pergi jauh sendiri menjelajahi jazirah Arab melewati gurun-gurun pasir yang sangat panas hanya dengan membawa pedang.

Tanah Arab di diami oleh dua kelompok bangsa Arab, yaitu: Bangsa Arab Badawi (kampong) dan Bangsa Arab kota. Bangsa Arab Badawi adalah Bangsa yang tinggal di padang pasir. Sedangkan Bangsa Arab kota adalah penduduk Arab yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan[1].

B.Rumusan Masalah
1.Gambaran Bangsa Arab sebelum islam
2.Bagaimana kondisi sosial masyarakat Arab sebelum islam
C.Tujuan Penulisan
1.Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
2.Menjawab rumusan masalah
3.Salah satu sarana menambah wawasan bagi mahasiswa

D.Metode Penulisan
Menggunakan metode kepustakaan dengan cara mengkaji buku-buku yang relevan.
BAB 2 PEMBAHASAN
Bisa dikatakan bahwa sejarah bangsa Arab Kuno hampir tidak dikenal sama sekali, hal ini karena masyarakat Arab sebelum Islam bersifat kesukuan dan tidak ada nya kesatuan politik. Selain itu masyarakat Arab tidak mengenal tulisan, kecuali masyarakat yang berada di jazirah Arab Selatan, seperti masyarakat kerajaan saba’ dan ma’in[2]. Negeri Arab  secara geografis terletak di barat daya Asia. Merupakan semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga arah, yakni laut merah, samudra hindia, dan teluk Persia. Bangsa Arab menamakan negeri mereka dengan Jazirah Arab.
Negeri Arab pada umumnya adalah padang pasir.tetapi bukan berarti semua Jazirah Arab adalah padang pasir. Berdasarkan kondisi alamnya, para ahli sepakat membagi Jazirah Arab menjadi lima wilayah[3], yakni Tihamah,Hijaz, Nejed, Yaman, dan Al-Arudh.
Tanah arab di diami oleh dua kelompok bangsa Arab, yaitu : Bangsa Arab Badawi (kampong) dan Bangsa Arab kota. Bangsa Arab Badawi adalah Bangsa yang tinggal di padang pasir. Sedangkan Bangsa Arab kota adalah penduduk Arab yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan[4].

Masyarakat Arab adalah suatu masyarakat yang memiliki system yang baku dalam perkawinan. Mayoritas mereka baru memperistri seorang wanita sesudah mendapat restu keluarga pihak istri.
Di antara perilaku buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah menanam bayi perempuan hidup-hidup (wa’dul banat) karena takut hinaan atau noda. Hanya saja tradisi ini tidak memasyarakat di seluruh bangsa Arab. Motif lain dari penanaman bayi perempuan hidup-hidup di kalangan masyarakat kelas bawah adalah karena takut jatuh miskin, terutama di lingkungan masyarakat Bani Asad dan Tamim. Perlakuan terhadap anak laki-laki adalah penuh kasih sayang, kecuali sebagian kecil di lingkungan masyarakat miskin anak laki-laki juga di bunuh[5].
Sedangkan saudara dan keponakan dalam tradisi pada masyarakat Arab Jahiliyah akan selalu ditolong dan dibela baik dalam posisi benar maupun salah. Solidaritas antar sesama anggota satu kabilah sangat kuat,sedang perasaan tersebut terhadap kabilah lain tidak ada. Tenaga mereka habis untuk berperang, oleh karena dua hal: bersaing memperebutkan sarana penghidupan, seperti padang rumput dll dan bersaing memperebutkan kehormatan dan kursi kepemimpinan.
Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan tradisi yang sangat buruk. Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah.
1.      Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
2.      Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah perkotaan.
3.      Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
4.      Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
5.      Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
6.      Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.
7.      Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
8.      Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
9.      Fanatisme kabilah atau kaum.
10.  Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
11.  Orang-orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan saling menyombongkan keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang lebih keras dan sulit.



BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa sebelum islam di Arab kondisi sosial masyarakatnya sangat memprihatinkan. Banyak terdapat tradisi-tradisi yang menyimpang. Maraknya perjudian, peperangan, perzinaan, pembunuhan, dll. Sehingga pada masa ini dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah (kebodohan). Pada era globalisasi sekarang ini, nilai-nilai dan sistem sekuler dapat masuk dengan mudah dan menyingkirkan nilai-nilai islami sebagaimana yang Rasulullah ajarkan. Akibatnya, banyak orang di sebagian belahan dunia yang pola hidupnya serupa atau telah kembali kepada masa Jahiliyah. Banyak orang yang cerdas dan jenius dengan ilmu pengetahuannya yang malah menjauh dari agamanya, menghalalkan hal-hal yang haram demi keuntungan pribadi, saling bermusuhan dan penindasan terhadap yang lebih lemah, tidak bersyukur atas nikmat Tuhan, banyak perjudian, mabuk-mabukan, pornografi, memamerkan kecantikan atau ketampanan, mempermainkan dan meremehkan pernikahan, aborsi, prostitusi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, era sekarang ini bisa juga dikatakan sebagai zaman ‘Jahiliyah ke-2’


DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Hasan.Sejarah dan Kebudayaan Islam.Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Karim, Abdul.Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Maryam, Siti.Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: LESFI,2003.
Hamka.Sejarah Umat Islam.Jakarta: Bulan Bintang,1975.

.







[1] Hasan Ibrahim : Sejarah dan Kebudayaan Islam(Kalam Mulia, 2006),hal 113-114


[2] Ibid, hal 1
[3] Ibid, hal 6
[4] Hasan Ibrahim : Sejarah dan Kebudayaan Islam(Kalam Mulia, 2006),hal 113-114


[5] Ibid, hal 116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar